GEDUNG SMP 1 PATI

Yang penting itu bukan apa yang kita ketahui tapi apa yang kita bersedia pelajari.

Janganlah menjadi tawanan dari masa lalu Anda.

Jika engkau ingin berbahagia,kuatkanlah dirimu dengan pelajaran dari masa lalumu, agar luka itu tak terasa lagi.Bebaskanlah hati dan pikiranmu. Hidupmu lebih penting daripada mengurusi orang tidak baik.

Jagalah hatimu dekat dengan Tuhan.

Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua.(Aristoteles). Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah ( Lessing ).

Kesabaran dan Usaha Keras akan sanggup Menghilangkan Kesulitan dan Melenyapkan Rintangan

Orang masa depan memang pejalan jauh, bila yang diimpikannya itu belum pernah dicapai atau dicoba orang lain, dia justru lebih bersemangat.

Memaksakan kehendak adalah ciri dari ketidakmampuan untuk berkarisma

Tuhan, jadikanlah kekasih kecilMu ini jiwa yang tabah dalam kesulitan dan penuh syukur dalam rezeki yang baik. Aamiin Tiap masalah yg datang kepadamu menyimpan hikmah yg lbh besar drpd kesedihan yg kamu rasakan. Terimalah dan bersyukurlah.

Senin, 30 Maret 2015

SEJARAH SMP 1 PATI

Sejarah SMP Negeri 1 Pati

Image
SMP N I Pati dimulai dari Sekolah SMP Rondole Pati, resmi berdiri tahun 1943 dikenal dengan nama : Pati Syuu Dai Ichi Shoto Chu Gakko.
Kepala Sekolah yang pertama adalah Bapak Oentoeng, guru yang paling senior dalam tim inti pendirian SMP. Baru beberapa bulan pak Oentoeng jadi Kepala sekolah tiba2 beliau sudah mengajukan pensiun. Alasannya beliau sudah sepuh dan sudah tua. Menurut informasi, sebenarnya beliau tidak tahan dengan tekanan dari Pemerintah Militer Jepang. Beliau tidak tahan dibentak-bentak, dihardik, dikasarin oleh tentara Jepang yang relatip masih muda dan bengis. Para tentara Jepang tidak menaruh hormat kepaa Pak Oentoeng.
Sebagai pengantinya, Mathias Soegiyono yang baru berusia 28 tahun ditunjuk untuk sebagai Kepala Sekolah SMP Negeri Rondole Pati.
Dengan dibantu sahabatnya yaitu bapak Djacaria, ayah dari Soedarto Djacaria Realino angk 56, pengusaha kapok randu dari Pati. Bapak Djacaria meminjamkan dengan gratis, gudang kapok untuk dipakai SMP. Maka SMP Rondole Pati mulai berjalan memakai bangunan setengah jadi, terletak diatas bukit, dan dinaungi sebatang pohon kapok randu yang besar dan tinggi. Gedung setengah jadi ini terletak ditengah-tengah ladang dan sawah yang terbuka, yang panas sekali kalau siang hari dan berjarak 5 km dari kota Pati.
Kurikulum SMP yang dibuat beliau sesuai instruksi Jepang, sebagai penjajah saat itu, memasukkan pelajaran ilmu pasti yaitu aljabar dan ilmu ukur, ilmu hayat, bahasa Indonesia, bahasa Jepang, bahasa Ingris, sejarah. Para murid juga melakukan kegiatan yang membantu jalannya perang. Didalam kurikulum ada kerja bakti disawah, diladang, memperbaiki saluran irigasi, dan membantu memanen padi yang hasilnya sebagian besar diserahkan untuk kepentingan perang Jepang.
Latihan baris berbaris, latihan peperangan (kyoren), latihan merayap (hofuku) dan latihan pertempuran merupakan pengganti olah raga. Kelak kemudian hari semua itu merupakan modal para pemuda untuk menghadapi perang kemerdekaan.
Murid2 SMP setiap hari dipompa dengan semangat Asia Timur Raya yang dipimpin Dai Nippon, Bahasa Jepang menjadi idola dan digandrungi. Setiap tahun SMP Rondole dari Pati mengirim wakil untuk ikut Lomba Pidato dalam Bahasa Jepang di Jakarta. Latihan pidato dipimpin dan dibimbing sendiri oleh kepala sekolah sendiri (Pak Giek). Hasilnya luar biasa. Murid dari SMP Rondole Pati selalu menang. Ada kategori Tzuzuri Kata dan Hanashi Kata. Sehingga tahun 1944-1945 Pati Da Ichi Shoto Chu Gakko dan Pak Giek selaku Kepala SMP menjadi terkenal di Jawa dan Madura.
Suasana SMP Rondole Pati ditahun 1944. Setiap pagi anak2 murid SMP Rondole Pati pergi kesekolah dengan naik sepeda yang ban rodanya dari karet mati, sebagian besar berjalan kaki menyusuri galengan sawah dan jalan setapak. Didepan Keibodan, yang naik sepeda harus turun, sepeda dituntun pelan2, kalau berani menaiki sepeda si murid akan ditampar oleh tentara Jepang.
Kinrohosi merupakan tugas wajib bagi murid laki2 dan perempuan, program yang digalakkan pada waktu itu adalah menanam jarak. Buah jarak ini akan diambil minyaknya dan dikumpulkan disuatu gudang, selanjutnya orang Jepang akan mengangkut minyak jarak ketempat yang dirahasiakan.
Pada saat ada liburan sebulan, semua murid laki2 dan semua guru laki2, mulai kepala sekolah dan semua guru lainnya, yang masih muda2 diwajibkan menjalani kegiatan training PETA (Pembela Tanah Air). Mereka dipinjami pakaian hijau yang berlengan panjang dan bercelana pendek, dipinjami senjata laras panjang dan topi baja yang besar dan berat. Selama latihan satu bulan semua peserta PETA tidur dibarak tentara, didipan kayu beralas tikar pandan bantalnya terbuat dari kapuk yang tipis.
Setiap hari terumpet ditiup sebagai tanda bangun pagi, disambung olahraga dan kakeysu atau lari2 pagi. Istirahat hanya sekejap disambung dengan memeriksa laras bedhil yang panjang. Kalau dalam pemeriksaan terdapat pasir, si murid akan digampar oleh pelatih. Mandi hanya sebentar ramai2, diteruskan makan pagi dengan menu tahu dan tempe. Lalu semua murid dan guru masuk ruang kelas. Mata pelajaran yang diajarkan teori perang, teori mengadapi musuh, berkelahi dengan musuh, pertahanan dll dll. Disambung praktek dilapangan, biasanya dibukit yang tandus. Ada merayap 1,2,3,4 (dai ichi, dai ni, dai sam, dai yon hoofuku). Lelahnya bukan main dan tenggorokan kering sekali karena kehausan. Karena tidak disediakan air minum, para peserta training PETA minum air dari parit yang ada disitu, airnya jernih carana mengambil airnya dengan memakai topi/boshi. Herannya tidak ada yang sakit perut. Siang pulang ke barak untuk makan dan istirahat. Jam 1500 kumpul lagi untuk latihan nyanyi2 dipimpin Chudanco dibantu Shodanco atau Bundanco. Sore baru boleh mandi, istirahat dan makan malam yang sederhana. Malam ada pelajaran teori tentang senjata. Setiap malam jam 22.00 ada apel malam, baru boleh tidur.
Jepang menyerah kepada Sekutu tanggal 14 Agustus 1945. Bala tentara Jepang di Pati kehilangan semangat. Mereka tidak bernafsu untuk merintangi pemuda2 Pati yang sedang terbakar semangatnya mengumumkan kemerdekaan. Para pemuda di Pati sudah tahu bahwa Soekarno-Hatta telah memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta. Dengan bambu runcing dipundak, para pemuda dan rakyat di Pati keluar kejalanan menyambut kemerdekaan.
Tentara Jepang di Pati berusaha menyelamatkan diri dari dendam rakyat di Pati dengan jalan mengurung diri didalam asrama. Mereka baru membela diri apabila diserang oleh pemuda2 dari Pati yang berusaha merampas senjata mereka. Usaha merampas senjata yang pada mulanya hanya bersifat perorangan kemudian meningkat menjadi gerakan massa yang lebih teratur. Polisi2 Pati dibantu murid2 SMP Rondole Pati dan guru2nya, yang pernah dilatih PETA oleh Jepang, berperan sangat aktif untuk melucuti kesatuan tentara Jepang dan mengambil senjata, perlengkapan dan alat-alat militer lainnya. Aksi melucuti dan merebut senjata Jepang di Pati boleh dikatakan sukses.
Pejuang SMP Rondole
Pengalaman dilatih Jepang di PETA berguna pada waktu perang kemerdekaan ditahun 1945-1950. Para murid dan guru SMP Rondole Pati bergabung di BKR (Badan Keamanan Rakyat). Ayah saya juga ikut bergabung di BKR memanggul senjata dan ikut berperang membela kemerdekaan di Palagan Semarang, Pucakwangi, dan Surakarta. 
Murid2 dan semua guru SMP Rondole Pati sangat aktif membela kemerdekaan dan selalu meminta ditempatkan di front terdepan. Umur rata2 para murid masih belasan tahun, umur para guru rata2 masih kepala 2, pangkat yang diberikan bermacam2. Karena sudah pernah dilatih PETA, maka dianggap sudah terdidik, tidak ada yang sebagai prajurit biasa saja. Pangkatnya mulai sersan, sersan mayor, letnan paling tinggi kapten. Beberapa diantara murid meninggal terkena peluru yang ditembakkan tentara Belanda dan tentara Gurka. Kisah2 heroik ditulis oleh para alumni SMP Rondole Pati dan dikumpulkan didalam buku saku kecil yang dibagikan setiap ada pertemuan reuni SMP Rondole. 
Murid2 putri SMP Rondole Pati turut berjuang membela kemerdekaan dan umumnya mereka bekerja dikesehatan bergabung dengan Palang Merah Indonesia, sebagian murid putri ditempatkan di dapur umum. Mereka menyatu dan berhubungan erat sehingga mempertebal rasa persaudaraan diantara pejuang2 muda murid SMP Rondole Pati.

Pertempuran lima hari di Semarang, dimana murid dan guru SMP Rondole Pati ikut berperang untuk mempertahankan kemerdekaan, berdampak positip sekali. Ikatan murid dan guru bertambah erat.
Ketika itu ada sekitar 400 orang veteran2 AL Jepang yang pernah bertempur di Solomon, Pasifik akan dipekerjakan untuk mengubah pabrik gula Cepiring (30 km sebelah Barat Semarang) menjadi pabrik senjata. Begitu masuk kota Semarang, tawanan Jepang ini memberontak, bahkan menyerang tentara Indonesia dan polisi Indonesia yang bertugas mengawal mereka. 
Orang2 Jepang ini melarikan diri dan bergabung dengan Kidobutai Jatingaleh Semarang, yaitu batalyon Jepang setempat. Mereka bergerak dengan dalih mencari orang2 Jepang yang tertawan. Ada desas-desus bahwa cadangan air di Candi diracuni. 
Pertempuran mulai pecah dinihari 15 Oktober 1945. Ratusan tentara Jepang Kidobutai dan ditambah ratusan batalyon Jepang yang sedang singgah di Semarang, dengan bersenjata lengkap, bertempur melawan ribuan orang Semarang, gabungan pemuda, TKR dan BKR Semarang yang amat minim persenjataannya. Sebagian dari kisah heroik rakyat Semarang, sesudah sholat subuh saudara2 muslim keluar dari masjid Agung Semarang bersenjatakan keris, tumbak, bambu runcing, pentungan dibawa bertempur, sebagian besar dari mereka gugur diterjang peluru Jepang. 

Pertempuran paling seru terjadi di Simpang Lima, ribuan orang Semarang bertempur, termasuk puluhan murid2 dan guru SMP Rondole yang datang dari Pati ikut berperang. Tidak ada rasa takut, karena murid dan guru SMP Rondole sedang dibakar dengan semangat mempertahankan kemerdekaan. Setelah lima hari bertempur lalu cease fire. Korbannya luar biasa banyaknya, ada kira2 2000-an rakyat Semarang gugur dan ada 200 tentara Jepang yang tewas. 
Murid putri dari SMP Rondole Pati ikut perang, mereka bergabung dengan Palang Merah Indonesia. Mereka menjalankan tugasnya digaris depan memberi pertolongan kepada korban2 pertempuran. Berkat PMI banyak korban yang dapat diselamatkan dan sebagian dari mereka dapat kembali ke medan pertempuran. 
Awal tahun 1947 SMP Rondole resmi dipindahkan dari desa Rondole ke kota Pati. Menempati gedung bekas pabrik rokok yang dimiliki oleh seorang pengusaha Tionghoa. Pak Giek dengan didukung oleh pejabat Pati waktu itu, yaitu bapak Bupati, Ketua DPRD, dan pejabat Muspida Pati berusaha mati-matian agar gedung eks pabrik rokok yang kosong itu bisa dipakai unutk tempat belajar anak-anak. Namanya diganti dari SMP Rondole menjadi SMP Negeri Pati. Pak Giek dipercaya untuk menjadi Kepala Sekolah SMP Negeri Pati yang pertama. Perjuangan Pak Giek dengan dibantu guru-guru SMP Negeri Pati antara lain bapak Sumadi, bapak Salyo, bapak Peket, bapak Sudjono, ibu Sutji sungguh tak ternilai, dengan gigih beliau-beliau berjuang agar gedung bisa dipakai secara permanen.
Kurikulum SMP Negeri Pati pun diperbaharui, pelajaran di kelas lebih diutamakan. SMP Negeri Pati menjadi sangat populer murid2 berdatangan dari Pati dan sekitarnya seperti Kudus, Juwana dan Rembang. 
Murid2 dari Djuwana dan Rembang setiap pagi berangkat sekolah naik kereta api uap. Mereka bangun tidur jam 4 pagi untuk bisa naik kereta api jam 5. Ketika kereta melewati gedung sekolah SMP Negeri 1 Pati, sebagian dari murid laki2 berani meloncat turun dari kereta yang sedang berjalan. Murid2 perempuan turun di halte alun-alun, lalu berjalan kaki kesekolah. Murid lain ada yang naik sepeda dengan ban sepeda biasa dan lebih banyak yang berjalan kaki. 
(di sarikan dari gsumariyonos Weblog)
matur nuwun pak sumaryono, ngapunten menawi salah mensari cerita penjenengan

PROFIL SMP Negeri 1 Pati




1.             NAMA SEKOLAH                               :    SMP Negeri 1 Pati
2.             NSS                                                     :     201031810001
3.             ALAMAT                                               :     Jalan Pemuda No. 287 Pati Jawa Tengah
4.             TELEPON / FAX.                                :     (0295) 381517
5.             STATUS                                              :    Negeri
6.             LUAS LAHAN                                     :    8,881 m2
7.             STATUS KEPEMILIKAN                   :     Hak Milik
8.             NAMA KEPALA SEKOLAH               :     Mulyadi Slamet Widodo, M. Pd.
9.             JML SISWA PADA TP. 2010/2011
KelasVII                                              :     256 siswa
KelasVIII                                             :     231 siswa
KelasIX                                               :     226 siswa
10.         JML. ROMBONGAN BELAJAR        :     24 Rombel
Terdiriatas                                       
KelasVII                                            
a.        Kelas Regular                          :    5 Rombel
b.       Kelas Cerdas Istimewa          :     2 Rombel
c.        Kelas Bakat Istimewa             :     1 Rombel
KelasVIII                                           
a.        Kelas Regular                          :    5 Rombel
b.       Kelas Cerdas Istimewa          :     2 Rombel
c.        Kelas Bakat Istimewa             :     1 Rombel
KelasIX                                              
a.        Kelas Regular                          :    6 Rombel
b.       Kelas Cerdas Istimewa          :     2 Rombel
11.         FASILITAS RUANG                            :    
a.        Ruang Kelas                             :     24
b.       Ruang Lab. IPA                         :     2
c.        Ruang Lab. Bahasa                 :    1
d.       Ruang Lab. TIK                         :     1
e.       Ruang Audio Visual                 :     1
f.         Ruang Seni Tari                       :     1
g.        Ruang Seni Musik                   :     1
h.       Ruang Olahraga                      :     2
i.         Ruang Perpustakaan             :     1
j.         Mushola                                     :     2
k.        Lapangan Olahraga (Volly ball, Tenis Lapangan, Basket, Senam Lantai, Footsal, Badminton, Atletik)
l.         Ruang Kepala Sekolah, Ruang Wakil Kepala, RuangBK, Ruang Agama Kristen, Ruang UKS, Ruang OSIS, Ruang Dapur, Kantin Sekolah, Koperasi Siswa,

12.       STAF PENGAJAR
             Jumlah                                              :     53 orang dengan kualifikasi pendidikan
a.             S2                                  :     6  orang
b.            S1                                   :     43 orang
c.             D3                                  :     3  orang
d.            D2                                  :     1  orang

13.       STAF KARYAWAN                             :     15 orang
                (TU, Tenaga Kebersihan,Penjaga Malam, Satuan Pengamanan) 
Diambil dari http://mukhsininspd.webguruku.com/page/tentang-kami.html

BIODATA

Nama Lengkap NOVITA DWI FEBRIYANTI Email novitadwifebriyanti@gmail.com Alamat Kp. Rogowangsan Rt 03 Rw 02 Pati Kidul Nama Sekolah SMP Negeri 1 Pati Jawa Tengah Alamat Sekolah Jl. Pemuda 287 Pati Status Pelajar No. Telpon 0295382818 Hobi Menikmati hari Riwayat Hidup Aku lahir di PATI KOTA, tahun 2000 lULUSAN SD Pati Lor 1 Tahun 2012 dan melanjutkan di SMP 1 Pati Tahun 2012 Sampai sekarang

Senin, 09 Maret 2015


CERPEN

                               HARTA YANG PALING BERHARGA


Semua berawal dari lingkungan yang serba mewah. Aku masuk di sebuah SMA yang bisa di bilang SMA paling termahal di daerahku. SMA 110 Bandung itu namanya, aku termasuk siswi yang sangat mempunyai banyak prestasi. Aku termasuk anak berbakti dengan kedua orang tua ku. Tapi itu dulu...
          Sejak kepergian ibu, aku sekarang tinggal seatap dengan ayahku. Hidup yang serba kecukupan ini membuatku bosan dan menyesal. Kenapa ayah bangrut? Kenapa ibu pergi? dan kenapa kakak ku tega meninggalkan di hidup yang susah ini?
           Kini usia ku sudah 16 tahun, kurang 2 minggu lagi aku berusia 17 tahun. Tepatnya di hari 14 februari dimana orang menyebut hari valentine atau hari kasih sayang, tapi menurutku itu hari yang biasa saja. Pikirku, itu hari yang akan ku benci karena aku tak kaya. Untuk membeli pulsa saja, aku harus menyisihkan uangku selama 5 hari. Mulut ini ingin sekali memarahi ayah karena beliau tak mampu menafkahi anaknya.
          “Tapi ayah tak punya uang nak untuk membelikan baju dan sepatu baru sebagai kado ulang tahun mu nanti.” Ujar ayah dengan memasang muka sedih. Aku yang sekarang beda sama aku yang dulu . Padahal, beliau orang tuaku satu-satunya yang masih hidup. Semenjak 3 tahun jatuh miskin , beliau terkena penyakit stroke.
          “Indah, malu yah. Lihat sepatu Indah sudah tak layak pakai sudah tua pula.” Ucap Indah dengan membuang sepasang sepatu itu yang baru saja aku lepas . Tanpa rasa bersalah aku membuangnya ke wajah ayahku.
          “Ya tuhan, Indah ini Bapak ayah kamu nak, Kenapa kamu beda dengan yang dulu nak ? kamu malu punya ayah cacat seperti ini ? “ Tanya ayah padaku dengan memasang muka sedih.
          “Iya, saya malu dengan ayah cacat seperti ini. Aku juga malu kalau ayah memunguti sampah di sekolahku. Teman-teman sering mengejekku bukan hal itu saja, tetapi sepatu ini yang sudah tak layak pakai.” Jawabku tanpa perlu basa-basi
          “Bagaimana ayah akan kerja nak , kalau kamu malu jika ayah memunguti sampah di tempat kau mencari ilmu.?” Tanya ayah padaku
          “Ayah kan bisa mencari kerja yang lain. Sudahlah! Indah mau pergi dulu, Indah nggak mau tahu nanti ulang tahunku, sudah ada baju dan sepatu baru di depan ku. “ Jawabku. Aku langsung meninggalkan rumah dengan masih menggunakan seragam sekolah.
          Ku jalankan tubuhku yang suntuk dengan menggelillingi jalan. Setiap ada botol di depanku, selalu aku jadi kan pelampisan ke marahanku. Aku menendangnya sejauh mana aku bisa. Langkah kaki ini seakan ingin berjalan terus, tapi entah kemana? yang penting aku nggak mau pulang ke rumah.
........
          Senangnya hatiku bila bergabung dengan teman-temanku tanpa terganggu akan adanya ayahku di sekolah. Tapi jujur, sekian hari aku kadang mencari-cari keberadaanya. Baguslah ternyata ia menuruti mauku. Jam kosong yang biasanya di isi dengan beberapa tugas. Kini benar-benar jam kosong. Tidak ada pelajaran yang membuatku berkeringat karena bosan.
            Sepulang sekolah aku tak langsung pulang. Namun aku diajak teman-teman untuk pergi makan dan belanja layaknya orang-orang kaya. Hari itu harusnya merasa senang dan puas dengan teman-temanku dan tidak adanya ayahku. Tapi aku justru merasa malu karena ayahku ternyata ada di sana. Di saat aku tengah asyik berfoto dengan teman-temanku. Ayahku menghampiri sambil menyebut namaku.
          “Dia siapa In? Kok penampilannya menjijikan seperti itu.” Kata salah satu temanku berkomentar tentang ayahku. Sebenarnya aku sedikit tidak terima, tapi rasa maluku menutupi semuanya.
          “Aku tidak mengenalnya, Oh, mungkin dia pengemis. Lihat saja penampilannya. Sebentar, biar aku kasih dia uang. Setelah itu dia pasti pergi. Seperti pengemis-pengemis lainnya, Ok.” Ucapku. Lalu menghampiri ayahku dengan langkah cepat. Benar-benar memalukan. Mau ku taruh dimana muka ku kalau merekan tahu dia adalah ayahku.
          “Indah.. kau ada acara apa nak di sini? Kenapa kemarin kau tak pulang?” Ayah menyapaku. Dari pertanyaannya terlihat kalau ia menghawatirku. Tapi entahlah, aku sama sekali tak terasa kasihan dengan ayahku. Aku benar-benar tidak ingat saat ayah dan aku begitu akur. Aku juga tidak pernah sadar akan perlakuanku yang sangat tidak baik di tiru.
“Yah, ayah ngapain di sini? Cepat pergi, aku tak ingin melihatmu di sini.” Tanpa pikir panjang aku langsung mengucapkannya. Sebelum ayahku pergi dan hadapanku. Sesekali aku ke belkang ke arah temna-temanku. Mereka ternyata masih melihatku. Dengan wajah yang getir, ayah memutar tubuhnya membelakangiku. Sempat ku lihat kalau ia ingin berbicara sebelumnya, tapi karena aku sudah menyuruhnya pergi, ia tak sempat mengatakan apa yang ingin ia katakan sebelumnya. Dengan langkah yang bisa dihitung, ku lihat ayahku pergi dari hadapanku.
          Sebenarnya aku sedih, tapi rasa ingin bersama temna-temanku ini ternyata lebih besar daripada rasaku untuk bersikap ramah dengan ayahku.   
          Ku lihat ayahku sudah begitu jauh dariku. Bayangannya yang gontai sudah tak terlihat lagi dan pandanganku. Aku lega, tapi sungguh rasa lega ini tak sampai ke hatiku. Aku memutar balik tubuhku ke arah temna-temanku. Dengan memasang senyum ini untuk mereka, aku berlari ke arah mereka. Selesai bukan? Itulah kata-kata yang ku lontarkan ketika aku sudah sampai di dekat teman-temanku. Kembali ke posisi semula, aku dan temna-temanku kembali meneruskan tawa, tanpa memikirkan ayahku lagi.
......
          Hari ini hari spesial bagi aku karena hari ini dimana aku ulang tahun. Aku sangat kesal, kenapa tak ada baju dan sepatu baru? Lalu apa spesialnya hari ulang tahunku ini? Ah sial.. ku lihat tak ada makanan juga di rumah. Aku fikir ayahku memang ining aku mati kelaparan. Aku mencari ayahku, ternyata ia sedang menyemir sepatu bekas yang ia dapat dari memulung berhari-hari. Ku rebut sepatu itu dari genggamanya. Lalu dengan kasar ku dorong pundak ayahku.
          “Mana baju dan sepatu baruku? Hari ini ulang tahunku. Kenapa kau tak juga membelikanku sepatu dan baju baru?” aku lontarkan begitu saja kata kasar itu di hadapannya. Ku lemparkan sepatu bekas itu di muka ayahku. Kalau saja aku, aku pasti merasa sakit, bahkan sangat sakit karena lemparanku sangat kuat.
          Aku langsung lari meninggalkan ayahku. Ayahku yang masih terdiam dengan sikapku. Sebenarnya aku tak berlari jauh dari rumah, aku hanya memutari jalan kecil dan akhirnya menuju ke belakang rumahku. Selama aku belari dangan amarah, otakku di hantu oleh rasa bersalah dengan melemparkan sepatu bekas ke muka wajah ayahku.
          Ku lihat ia merangkak mengambil pasangan sepatu yang beberapa menit ku lemparkan ke wajahnya. Ia mulai menyemir kembali sepatu bekas itu. Ia terlihat senang dengan sepatu bekas itu.
          “Ya tuhan, aku memang bukan ayah yang baik untuk anakku. Aku cacat, aku miskin. Aku hanya bisa membuat anakku malu. Anakku Indah, kamu dimana nak? Kenapa kau sama sekali tak mau menemui ayahmu ini? Kalaupun ada pilihan lain, sejujurnya ayah tak ingin menjadi ayah yang buruk untuk anakku . Maafkan aku nak, aku tak punya cukup uang untuk membelikanmu barang yang baru.” Kata kata itu mampu membungkam mulutku.
          Tak terasa air mataku menetes. Aku mengingat betapa ayahku sangat menyayangiku.Ketika dulu aku sering berangkat berdampingan dengannya. Jika ayahku tak memakai alas kaki, aku pun tak memakai sepatu. Agar aku bisa merasakan sakitnya kulitku menginjak kerikil-kerikil. Aku mengingat ketika ayahku mengajakku bercanda. Ketika ayahku bercanda betapa hebatnya ibuku yang kini telah tiada, dan aku mengingat ketika aku sampai di halaman sekolahku lalu aku mencium tanganya.Tuhan.... Aku sangat durahaka pada ayahku. Betapa bodohnya aku selama ini, aku tega sekali dengannya. Tidak sepantasnya perlakuan ini aku tunjukkan untuk ayahku.
          Aku kini mulai duduk tak berdaya, ternyata senakal apapun aku padanya. Ia tetap menyanyangiku. Ia tetap memanfaatkaku. Ku dengar ia mulai berkata kembali, namun, kali ini aku tak berani menatapnya. Aku sama sekali tak berani menatapnya. “Baiklah nak, demi kamu. Ayah akan pergi mencari baju dan sepatu baru untuk mu semoga nanti kau menyukainya, nak.”
          Setelah ayahku berinjak pergi, aku pun mulai berdiri Ku ikuti ayahku dari belakang. Benar-benar tidak pernah ku bayangkan selama ini kalau ayahku seperti ini. Begitu gigih semangatnya untuk mencari uang hanya untuk membiayaiku. Aku juga tak pernah berfikir kalau sepanjang jalan,ayahku sering jatuh. Namun aku hanya mengikutinya dari jauh, selalusaja ayah terjatuh tapi ia tetap bangun dengan senyumannya.
          Ia memunguti sampah-sampah warga. Tidak mudah, karena tidak semua warga suka dengan keberadaan ayahku. Banyak warga yang mencaci maki ayahku. Aku sebenarnya sanagt kasihan dengannya. Tapi, aku belum menghampirinya ketika ia mulai berjalan kembali. Aku pun mengikutinya lagi.
          Di sebuah toko besar, ayahku berhenti. Entahlah ada apa toko besar itu, ku lihat sekitarnya tak banyak sampah yang ada di sana. Lalu apa yang ayah cari? Ku tangkap arah pandangan ny sepatu ! ya, sepertinya itu yang aku lihat. Tapi apakah ia punya cukup uang untuk membelikanku sepatu sebagus itu? Selain bentuknya yang bagus, sepatu itu pasti mahal. Ingin sekali aku berteriak agar sepatu itu tidak jadi membelinya.
Aku melihat beberapa orang memukuli salah satu orang. Pikiran ku jadi kacau, jangan-jangan itu ayahku.  Aku mencoba untuk masuk ke kerumunan itu tetapi ada seorang yang mencegahku.”Siapa orang ini” kataku, lalu aku menoleh ke belakang. “Ayah....” teriak ku dengan histeris. Langsung aku memeluk beliau. Mungkin ia bingung kenapa aku langsung memeluknya? Padahal aku selalu mencaci maki ia.
“Ayah, maafin aku ya.” Ucapku sambil memeluk ayah
“Yang seharusnya ayah yang minta maaf nak, ayah sekarang belum bisa membelikan baju dan sepatu baru untuk kamu nak.”
“Aku sekarang sudah enggak butuh itu lagi yah, tuh lihat aku pakai sandal. Ini aku bawa sandal satu lagi untuk ayah, agar kita bisa rasain memakai sandal.” Ujarku. Ku tundukkan tubuh ini dan memakaikan sandal itu ke kaki ayah. Ayah mengangkat tubuhku dan memeluk aku.
“Bapak menyanyangimu, nak.” Kata-kata itu lah membuat air mata ini jatuh. Aku hidup seperti dahulu lagi. Meski tak ada harga dan barang yang mewah. Aku yakin kasih sayang orang tua jauh lebih mewah dari apapun.
          Seusai memakaikan sandal ke kaki ayahku, aku dan ayah langsung pulang. Kita berjalan berdampingan sepanjang jalan. Aku bercerita dengan ayahku dan tertawa kecil dengannya. Tak akan ku ulangi untuk kedua kalinya dengan hal yang sama.
          Ku lihat beberapa hari ini, wajah ayah sangat pucat. Aku ingin berhenti sekolah dan mau membantu ayah berkerja tapi ayah menyuruhku untuk sekolah. Sebenarnya aku ingin meminjam uang ke teman-teman dan pergi ke dokter, mungkin ayah benar-benar sakit. Sekarang batuk ayah semakin menjadi-jadi dan aku melihat saat ia batuk mengeluarkan darah. Tapi setiap aku bertanya dia hanya senyum untuk menjawab pertanyaanku.
          “Nak, kamu tidak masuk sekolah?” Tanya ayah padaku.
          “Tidak yah, aku ingin menemani ayah saja..” Jawab ku
          “Ayah tidak apa-apa kok,kalau kamu begini terus, bagaimana sekolah kamu nanti?” ucap ayah 
          “Ayah istirahat saja, biar nanti aku yang menggantikan ayah untuk berkerja hari ini, aku tahu ayah sedang tidak enak badan hari ini.” Jawabku sambil tersenyum
          Ayah hanya tersenyum dan menundukkan kepala dengan batuknya yang nakal itu. Aku langsung mengambil karung yang biasa di gunakan ayah untuk berkerja.
          “Kamu mau kemana nak?” tanya ayah sambil mencegahku
          “Sudah yah , ayah di rumah saja. Aku ingin membantu ayah dan sakit yang ayah derita sekarang, cepat sembuh. “ Jawabku sambil tersenyum.
          Ku langkahkan kaki ini dengan meninggalkan rumah. Mencari sampah bukan hal yang mudah. Aku pikir, aku akan menemukan sampah di sepanjang jalan. Kurasa ayah sangat hebat dalam melakukan hal ini, betapa malunya diriku bila mengingat kesalahan ku dulu.
          Hari semakin sore, kurasa sampah-sampah telah terkumpul dengan banyak dan ku menjualnya. Sampah yang ku anggap banyak ternyata hanya 13 ribu, begitu sedikit bagiku dari pada melakukannya.
          Uang yang tak cukup banyak, aku segera pergi ke apotik. Kaki ini melangkah menuju apotik terdekat. Namun, aku harus menyebrang dahulu ku rasa jalan sangat sepi dan aku menyebrangi jalan dengan enjoy. Tiba-tiba sebuah mobil menabrakku dan aku melenting jauh, darah keluar sangat banyak. Pertama hanya ada 2 orang yang menolongku namun beberapa kemudian banyak orang yang mengkerumuniku salah satu dari mereka adalah warga kampungku dan membawanya ke rumah sakit.

          Ayah sungguh sangat panik, untung saja aku segera di bawa ke rumah sakit. Kalau tidak mungkin aku sudah meninggal beberapa waktu yang lalu. Dokter segera menanganiku.Tapi untunglah, ada seseorang yang rela mendonorkan darahnya kepada ku. Setelah aku siuman nanti, aku akan berterima kasih kepada orang yang mau mendonorkan darah padaku.Aku merasa terganggu dengan korden ini. Ingin sekali aku membukanya dan melihat siapa orang yang rela mendonorkan darahnya untukku. Dan ku buka korden itu, aku merasa ingin menangis melihat orang di depanku. Padahal aku tak mengenal orang itu.

Senin, 16 Februari 2015

SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA

NIKMATI BLOG SAYA
luvne.com resepkuekeringku.com desainrumahnya.com yayasanbabysitterku.com